Aku adalah seorang gadis berumur 18 tahun (sekarang), dan
kakakku sendiri berusia 23 tahun. Sudah lama aku mengetahui kelainan yang ada
pada diri kakakku. Karena ia sering mengajak teman perempuannya untuk tidur di
rumah, dan karena kamarku berada persis di sebelah kamarnya,
aku sering mendengar suara-suara aneh, yang kemudian kusadari
adalah suara rintihan dan kadang pula teriakan-teriakan tertahan. Tentu saja
meskipun orang tuaku ada di rumah mereka tak menaruh curiga, sebab kakakku
sendiri adalah seorang gadis.
Ketika aku mencoba menanyakannya, kakakku sama sekali tidak
berusaha menampiknya. Ia mengakui terus terang kalau ia masuk sebuah klub
lesbian di kampusnya, begitu juga dengan kekasihnya.
Waktu itu aku merasa jijik sekaligus iba padanya, karena aku
menyadari ada faktor psikologis yang mendorong kakakku untuk berbuat seperti
itu. Kekasihnya pernah mengecewakannya, kekasih yang dicintainya dan menjadi
tumpuan harapannya ternyata telah menikah dengan orang lain karena ia telah
menghamilinya.
Kembali pada masalah tadi, sejak itu aku jadi sering
berbincang-bincang dengan kakakku mengenai pengalaman seksnya yang menurutku
tidak wajar itu. Ia bercerita, selama menjalani kehidupan sebagai lesbian, ia
sudah empat kali berganti pasangan, tapi hubungannya dengan mantan-mantan
pacarnya tetap berjalan baik.
Begitulah kadang-kadang, ketika ia kembali mengajak pasangannya
untuk tidur di rumah, pikiranku jadi ngeres sendiri. Aku sering membayangkan
kenikmatan yang tengah dirasakannya ketika telingaku menangkap suara erangan
dan rintihan. Aku tergoda untuk melakukannya.
Pembaca, hubunganku yang pertama dengan kakakku terjadi di awal
januari lalu, ketika ia baru saja putus dengan pasangannya. Ia memintaku
menemaninya tidur di kamarnya, dan kami menonton beberapa CD porno, antara tiga
orang cewek yang sama-sama lesbian, dan aku merinding karena terangsang secara
hebat mengingat kakakku sendiri juga seperti itu.
Awalnya, aku meletakkan kepalaku di paha kakakku, dan ia mulai
mengelus-elus rambutku.
“Aku sayang kamu, makasih ya, mau nemenin aku”, katanya berbisik di telingaku.
“Aku sayang kamu, makasih ya, mau nemenin aku”, katanya berbisik di telingaku.
Mendengar hal itu, spontan aku mendongakkan wajah dan kulihat
matanya berlinang, mungkin ia teringat pada kekasihnya. Refleks, aku mencium
pipinya untuk menenangkan, dan ternyata ia menyambutnya dengan reaksi lain. Di
baladdddddsnya kecupanku dengan ciuman lembut dari pipi hingga ke telingaku,
dan di sana ia menjilat ke dalam lubang telingaku yang membuat aku semakin
kegelian dan nafsuku tiba-tiba saja naik.
Aku tak peduli lagi meski ia adalah kakakku sendiri, toh
hubungan ini tak akan membuatku kehilangan keperawanan. Jadi kuladeni saja dia.
Ketika ia menunduk untuk melepaskan kancing-kancing kemejaku, aku menciumi
kuduknya dan ia menggelinjang kegelian.
“Oh.. all..”, desahnya.
Aku semakin liar menjilati bagian tengkuknya dan memberi gigitan-gigitan kecil yang rupanya disukai olehnya.
Aku semakin liar menjilati bagian tengkuknya dan memberi gigitan-gigitan kecil yang rupanya disukai olehnya.
Ketika kusadari bahwa kemejaku telah terlepas, aku merasa
tertantang, dan aku membalas melepaskan T-shirt yang ia kenakan. Ketika ia
menunduk dan menjilati puting susuku yang rupanya telah mengeras, aku
menggelinjang. Kakakku demikian lihai mempermainkan lidahnya, kuremas
punggungnya.
“Oohh.. Kaakk, ah.. geli”, Ia mendongak kepadaku menatap mataku
yang setengah terkatup, dan tersenyum.
“Kamu suka?”.
“Yah..”, kujawab malu-malu, mengakui.
“Kamu suka?”.
“Yah..”, kujawab malu-malu, mengakui.
Ia kembali mempermainkan lidahnya, dan aku sendiri mengusap
punggungnya yang telanjang (kakakku tak biasa pakai bra ketika hendak tidur)
dengan kukuku, kurasakan nafasnya panas di perutku, menjilat dan mengecup.
Aku memeluknya erat-erat, dan mengajaknya rebah di peraduan,
lantas kutarik tubuhku sehingga ia berada dalam posisi telentang, kubelai
payudaranya yang kencang dan begitu indah, lantas kukecup pelan-pelan sambil
lidahku terjulur, mengisap kemudian membelai sementara jemariku bermain di
pahanya yang tidak tertutup.
Aku menyibakkan rok panjang yang dipakainya kian lebar, dan
kutarik celana dalamnya yang berwarna merah sementara ia sendiri mengangkat
pantatnya dari kasur untuk memudahkanku melepaskan CD yang tengah dipakainya.
Ketika aku meraba ke pangkal pahanya, sudah terasa begitu basah
oleh cairan yang menandakan kakakku benar-benar sedang bergairah. Aku sendiri
terus menggelinjang karena remasannya di payudaraku, tapi aku ingin lebih
agresif dari pada dia,
jadi kubelai lembut kemaluannya, dan merasakan jemariku
menyentuh clitoris nya, aku membasahi jemariku dengan cairan yang ada di liang
senggamanya kemudian kuusap clitoris nya, lembut pelan, sementara ia mendesah
dan kemudian meremas rambutku kuat-kuat.
“Oh.. Yeahh.. Ukkhh, ahh, terus, teruss, ahh”, celoteh kakakku
dengan ributnya. Aku terus mengusap clitoris kakakku, dan tiba-tiba kurasakan
tubuhnya mengejang kuat-kuat, jemarinya meremas punggungku, lantas ia merebah
lemas.
Aku memandang ke wajahnya yang bersimbah keringat, “Sudah Kak?”
Ia mengangguk kecil dan tersenyum.
“Thanks yah”, aku mengedik.
Aku belum puas, belum. Kukeringkan jemariku sekaligus kemaluan
kakakku, kemudian aku turun, dan menciumi pahanya.
“Ohh.. teruskan terus.. yeah.. terus..”, aku tak peduli dengan
erangan itu, aku mendesakkan kepalaku di antara kedua pahanya dan sementara aku
mulai menjilati selangkangannya, kulepaskan ritsluiting rok kakakku, dan
menariknya turun.
Aku juga melepaskan sendiri celana jeans pendek yang tengah
kupakai, kemudian aku memutar badanku sehingga kemaluanku berada tepat di atas
wajah kakakku. Ia mengerti dan segera kami saling menjilat, pantat serta
pinggul kami terus berputar diiringi desahan-desahan yang makin menggila.
Aku terus menjilati clitoris nya, dan kadangkala kukulum, serta
kuberi gigitan kecil sehingga kakakku sering berteriak keenakan. Kurasakan
jemarinya bergerak mengelusi pantatku sementara tangan kirinya merayap ke
pinggir dipan.
Sebelum aku menyadari apa yang ia lakukan, ia menarik tanganku
dan menyerahkan sebuah penis silikon kepadaku.
“Kak?”, bisikku tak percaya.
“Masukkan, masukkaan, please..”
“Masukkan, masukkaan, please..”
Ragu, aku kembali ke posisi semula dengan ia terus menjilati
clitoris ku, kumasukkan penis buatan itu perlahan-lahan, dan kurasakan ia
meremas pantatku kuat-kuat, pinggulnya berputar kian hebat dan kadang ia
mendorong pantatnya ke atas,
aku sendiri menyaksikan penis itu masuk ke lubang kemaluan
kakakku dan asyik dengan pemandangan itu, kusaksikan benda tersebut menerobos
liang senggamanya dan aku membayangkan sedang bersetubuh dengan seorang lelaki
tampan yang tengah mencumbui kemaluanku.
Lama kami berada dalam posisi seperti itu, sampai suatu ketika
aku merasakan ada sesuatu di dalam tubuhku yang membuatku seolah merinding
seluruh tubuh karena nikmatnya, dan tahu-tahu aku menegang kuat-kuat, “okh..
kaakk.. ahh.. ahh!” Tubuhku serasa luluh lantak dan aku tahu aku telah
mengalami orgasme,
kucium paha kakakku dan kumasukkan penis silikon itu lebih
cepat, dan pada ritme-ritme tertentu, kumasukkan lebih dalam, kakakku mengerang
dan merintih, dan terus-terang, aku menikmati pemandangan yang tersaji di
depanku ketika ia mencapai orgasme. Terakhir, aku mencium clitoris nya,
kemudian perut, payudara dan bibirnya. Lantas ketika ia bertanya,
“Nyesel nggak?” aku menggeleng dengan tegas. Malam itu kami
tidur dengan tubuh telanjang bulat, dan sekarang kami kian sering melakukannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar