Namaku Andhika, aku seorang siswa Kelas
1 di SMU yang cukup top di kota Makassar. Pada hari itu aku ingin mengambil
tugas kimia di rumah salah satu teman cewekku, sebut saja Rina. Di sana
kebetulan aku ketemu sahabat Rina. Kemudian kami pun berkenalan, namanya Laura,
orangnya cukup cantik, manis, putih dan bodinya sudah seperti anak kelas 3 SMU,
padahal dia baru kelas 3 SMP.
Pakaian sekolahnya yang putih dan agak kekecilan makin menambah
kesan payudaranya menjadi lebih besar. Ukuran payudaranya mungkin ukuran 32B
karena seakan akan baju seragam SMP-nya itu sudah tidak mampu membendung
tekanan dari gundukan gunung kembar itu.
Kami saling diam, hanya aku sedang mengamati dadanya dan
pantatnya yang begitu montok. Wah serasa di langit ke-7 kali kalau aku bisa
menikmati tubuh cewek ini, pikirku. Terkadang mata kami bertemu dan bukannya ke
GR-an tapi aku rasa cewek ini juga punya perasaan terhadapku. Setelah satu jam
berada di rumah Rina, aku pun berpamitan kepada Rina tetapi dia menahanku dan
memintaku mengantarkan Laura pulang karena rumahnya agak jauh dan sudah agak
sore dan kebetulan aku sedang bawa “Kijang Rangga” milik bapakku.
Akhirnya aku menyetujuinya hitung-hitung ini kesempatan untuk
mendekati Laura. Setelah beberapa lama terdiam aku mengawali pembicaraan dengan
menanyakan, “Apa tidak ada yang marah kalau aku antar cuma berdua, entar pacar
kamu marah lagi…?” pancingku. Dia cuma tertawa kecil dan berkata, “Aku belum
punya pacar kok.”
Secara perlahan tangan kiriku mulai menggerayang mencoba
memegang tangannya yang berada di atas paha yang dibalut rok SMP-nya. Dia
memindahkan tangannya dan tinggallah tanganku dengan pahanya. Tanpa menolak
tanganku mulai menjelajah, lalu tiba-tiba dia mengangkat tanganku dari pahanya,
“Awas Andhi, liat jalan dong! entar kecelakan lagi…” dengan nada
sedikit malu aku hanya berkata, “Oh iya sorry, habis enak sih,” candaku, lalu
dia tersenyum kecil seakan menyetujui tindakanku tadi untuk berbuat oral seks
lebih lanjut. Lalu aku pun membawa mobil ke tempat yang gelap karena kebetulan
sudah mulai malam, “Loh kok ke sini sih?” protes Laura. Sambil mematikan mesin
mobil aku hanya berkata,
“Boleh tidak aku cium bibir kamu?”
Dengan nada malu dia menjawab,
“Ahh tidak tau ahh, aku belum pernah gituan.”
“Ah tenang aja, nanti aku ajari,” seraya langsung melumat bibir mungilnya.
“Ah tenang aja, nanti aku ajari,” seraya langsung melumat bibir mungilnya.
Dia pun mulai menikmatinya, setelah hampir lima menit kami
melakukan permainan lidah itu. Sambil memindahkan posisiku dari tempat duduk
sopir ke samping sopir dengan posisi agak terbungkuk kami terus melakukan
permainan lidah itu, sementara itu dia tetap dalam posisi duduk.
Lalu sambil melumat bibirnya aku menyetel tempat duduk Laura
sehingga posisinya berbaring dan tanganku pun mulai mempermainkan payudaranya
yang sudah agak besar, dia pun mendesah, “Ahh, pelan-pelan Andhi sakit nih…”
Kelamaan dia pun mulai menyukaiku cara mempermainkan kedua payudaranya yang
masih dibungkus seragam SMP.
Mulutku pun mulai menurun mengitari lehernya yang jenjang
sementara tanganku mulai membuka kancing baju seragam dan langsung menerkam
dadanya yang masih terbungkus dengan “minishet” tipis serasa “minishet”
bergambar beruang itu menambah gairahku dan langsung memindahkan mulutku ke
dadanya.
“Lepas dulu dong ‘minishet’-nya, nanti basah?” desahnya kecil.
“Ah tidak papa kok, entar lagi,” sambil mulai membuka kancing
“minishet”, dan mulai melumat puting payudara Laura yang sekarang sedang
telanjang dada.Sementara tangan kananku mulai mempermainkan lubang kegadisannya
yang masih terbungkus rok dan tanganku kuselipkan di dalam rok itu dan mulai
mempermainkan lubangnya yang hampir membasahi CD-nya yang tipis berwarna putih
dan bergambar kartun Jepang.
Mulutku pun terus menurun menuju celana dalam bergambar kartun
itu dan mulai membukanya, lalu menjilatinya dan menusuknya dengan lidahku.
Laura hanya menutup mata dan mengulum bibirnya merasakan kenikmatan.
Sesekali jari tengahku pun kumasukkan dan kuputar-putarkan di lubang
kewanitaannya yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia hanya menggenggam
rambutku dan duduk di atas jok mobil menahan rasa nyeri. Setelah itu aku
kecapaian dan menyuruhnya, “Gantian dong!” kataku.
Dia hanya menurut dan sekarang aku berada di jok mobil dan dia
di bawah. Setelah itu aku menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk mulai
membuka celana “O’neal”-ku dan melorotkannya. Lalu aku menyuruhnya memegang
batang kemaluanku yang dari tadi mulai tegang.
Dengan inisiatif-nya sendiri dia mulai mengocok batang
kemaluanku.
“Kalau digini’in enak tidak Andhi?” tanyanya polos.
“Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?” tanyaku.
“Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?” tanyaku.
Tanpa berbicara lagi aku memegang kepalanya yang sejajar dengan
kemaluanku dan sampailah mulutnya mencium kemaluanku. “Hisap aja! enak kok
kayak banana split,” dia menurut saja dan mulai melumat batang kemaluanku
melakukan oral seks dan terkadang dihisapnya. Karena merasa maniku hampir
keluar aku menyuruhnya berhenti, dan Laura pun berhenti menghisap batang kemaluanku
dengan raut muka yang sedikit kecewa karena dia sudah mulai menikmati “ oral
seks ”.
Lalu kami pun berganti posisi lagi sambil menenangkan
kemaluanku. Dia pun kembali duduk di atas jok dan aku di bawah dengan agak
jongkok. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya dan telihat kembali liang
gadis Laura yang masih sempit. Aku pun mulai bersiap untuk menerobos lubang
kemaluan Laura yang sudah agak basah, lalu Laura bertanya,
“Mau dimasukin tuh Andhi, mana muat memekku kecilnya segini dan
punyamu segede pisang?” tanyanya polos. “Ah tenang aja, pasti bisa deh,” sambil
memukul kecil kemaluannya yang memerah itu dan dia pun sendiri mulai membantu
membuka pintu liang kemaluannya, mungkin dia tidak mau ambil resiko lubang
kemaluannya lecet.
Secara perlahan aku pun mulai memasukan batang kemaluanku, “Aah…
ahh.. enak Andi,” desahnya dan aku berusaha memompanya pelan-pelan lalu mulai
agak cepat, “Ahh… ahhh… ahhh… terus pompa Andi.” Setelah 20 menit memompa
maniku pun sudah mau keluar tapi takut dia hamil lalu aku mengeluarkan batang
kemaluanku dan dia agak sedikit tersentak ketika aku mengeluarkan batang
kemaluanku.
“Kok dikeluarin, Andi?” tanyanya.
“Kan belum keluar?” tanyanya lagi.
“Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru,” hiburku.
“Kan belum keluar?” tanyanya lagi.
“Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru,” hiburku.
Lalu aku mengangkat badannya dan menyuruhnya telungkup
membelakangiku.
“Ngapain sih Andi?” tanya Laura.
“Udah tunggu aja!” jawabku.
“Udah tunggu aja!” jawabku.
Dia kembali tersentak dan mengerang ketika tanganku menusuk
pantat yang montok itu.
“Aahh… ahhh… sakit Andhi… apaan sih itu…?”
“Ah, tidak kok, entar juga enak.”
“Ah, tidak kok, entar juga enak.”
Lalu aku mengeluarkan tanganku dan memasukkan batang kemaluanku
dan desahan Laura kali ini lebih besar sehingga dia menggigit celana dalamku
yang tergeletak di dekatnya.
“Sabar yah Sayang! entar juga enak!” hiburku sambil terus
memompa pantatnya yang montok. Tanganku pun bergerilya di dadanya dan terus
meremas dadanya dan terkadang meremas belahan pantatnya. Laura mulai menikmati
permainan dan mulai mengikuti irama genjotanku.
“Ahh terus… Andhi… udah enak kok…” ucapnya mendesah. Setelah
beberapa menit memompa pantatnya, maniku hendak keluar lagi. “Keluarin di dalam
aja yah Laura?” tanyaku. Lalu dia menjawab, “Ah tidak usah biar aku isep aja
lagi, habis enak sih,” jawabnya.
Lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dari pantatnya dan
langsung dilumat oleh Laura langsung dihisapnya dengan penuh gairah, “Crot…
crot.. crot…” maniku keluar di dalam mulut Laura dan dia menelannya. Gila
perasaanku seperti sudah terbang ke langit ke-7.
“Gimana rasanya?” tanyaku.
“Ahh asin tapi enak juga sih,” sambil masih membersihkan mani di
kemaluanku dengan bibirnya.
Setelah itu kami pun berpakaian kembali, karena jam mobilku
sudah pukul 19:30. Tidak terasa kami bersetubuh selama 2 jam. Lalu aku
mengantarkan Laura ke rumahnya di sekitaran Panakukang Mas. Laura tidak turun
tepat di depan karena takut dilihat bapaknya.
Tapi sebelum dia turun dia terlebih dahulu langsung melumat
bibirku dan menyelipkan tanganku ke CD-nya. Mungkin kemaluannya hendak aku
belai dulu sebelum dia turun. “Kapan-kapan main lagi yach Andhi!” ucapnya
sebelum turun dari mobilku.
Tapi itu bukan pertemuan terakhir kami karena tahun berikutnya
dia masuk SMU yang sama denganku dan kami bebas melakukan hal itu kapan saja,
karena tampaknya dia sudah ketagihan dengan permainan itu bahkan Laura pernah melakukan
masturbasi dengan pisang di toilet sekolah.
Untung aku melihat kejadian itu sehingga aku dapat memberinya
“jatah” di toilet sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar